Posts

Kuliner Laut Suku Bajo: Ikan Konke

Image
Kuliner Laut Suku Bajo: Ikan Konke Tgl 12 Nopember lalu saya berkunjung ke daerah pesisir Kabaena Utara, Kab. Bombana yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat bajo. Perjalanan dilakukan melalui laut menggunakan perahu motor ukuran kecil (katinting). Di Dusun Malandai, Desa Mapila kami dijamu oleh keluarga bajo dengan makanan khas suku bajo yang sangat unik yaitu ikan Konke bakar. Kalau orang Bugis menyebutnya ikan utte. Nama yg umum dalam Bahasa Indonesia adalah ikan buntal karena bentuknya bulat seperti bola. Dalam Bahasa Inggrisnya disebut puffer fish. Kalau anda pernah nonton film animasi “Finding Nemo” ikan konke ini merupakan salah satu tokohnya yang bernama Bloat. Mau tahu rasanya? Kalau melihat wujudnya sih, apalagi setelah dibakar, agak menyeramkan tapi ternyata dagingnya sangat eunakkk. Menurut saya, rasa dagingnya antara ayam dan ikan. Hati-nyapun rasanya mirip hati ayam. Kata orang bajo, ikan ini akan lebih lezat kalau dimasak pakai santan. Hmm…pingin nyobain ju

Pentingnya Sebuah Ketekunan

Image
Dalam perjalanan Safari Ramadan saya ke kampung (Bombana) beberapa hari lalu, saya diingatkan kembali akan pentingnya sebuah ketekunan dalam bekerja atau berkarya. Saat itu kami singgah di salah satu dusun di Pulau Kabaena, di sebuah rumah sederhana yang kebetulan hanya di huni oleh seorang bapak tua dan istrinya. Pada saat kami mampir, bapak tua itu sedang asyik melakukan pekerjaannya yaitu membuat atap rumbia. Sebuah pekerjaan yg boleh dibilang sudah langka namum beliau masih melakoninya dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Beliau selama ini telah menghidupi keluarga dan membiayai sekolah anak-anaknya dengan hasil penjualan atap rumbianya. Jari-jemari bapak tua itu nampak tetap kekar diusianya yg senja. Jari-jemari itu menyimpan banyak cerita tentang hitam dan merahnya kehidupan. Keriput di tulang pipinya adalah gambaran sebuah perjuangan hidup. Ah… jadi ingat lagunya   Ebiet G Ade yang bercerita tentang Ayah. Sungguh sebuah pelajaran hidup bagi kita semua teruta

Ribut-ribut “beras plastik” impor

Image
Saat ini masyarakat dihebohkan oleh beredarnya sejumlah “beras plastik” di pasaran. Beras plastik itu, menurut berita yg dirilis oleh Sucofindo baru-baru ini, mengandung bahan PVC (Polyvinylchloride) sejenis plastik yg banyak dipakai dalam aplikasi produk seperti pipa paralon, kulit imitasi, botol kemasan, dll. Ada yg mengatakan bahwa berita ini hoax hingga bisa dibuktikan sebaliknya secara ilmiah tapi adanya juga yg mengatakan bahwa berita itu benar adanya. Selain dibahas di dunia maya, kehebohan itu juga dibahas di TV, koran, majalah, radio dsb. Saking hebohnya berita ini, sampai2 berita ttg demam batu akik seakan sirna gaungnya. Ditengarai bahwa beras plastik itu berasal dari Cina karna sudah ada berita tentang susu dan telur palsu dari Cina sebelumnya. Ada juga yg mengatakan bahwa ini hanya pengalihan isu secara berkala. Wallahualam. Namun persoalan sesungguhnya bukan mencari tahu dari mana asal beras plastik itu, dari bahan apa beras plastik itu dibuat atau langkah2 apa yg

Memaknai Pesan Moral HARDIKNAS

Image
  Tanggal 2 Mei setiap tahunnya kita peringati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Dan setiap anak bangsa yg pernah mengenyam pendidikan di bumi pertiwi Indonesia atau sekolah Indonesia di luar negeri akan selalu menghubungkan HARDIKNAS dengan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro (KHD). Seorang tokoh nasional yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889.   Beliau adalah pelopor pendidikan pada zaman pendudukan Belanda dengan mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa tahun 1922. Beliau merumuskan suatu semboyan dalam mengelola sistim pendidikan yang hingga sekarang ini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” dengan terjemahan Bahasa Indonesianya "di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi daya kekuatan". Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidika

Sekilas tentang “May Day” atau “Hari Buruh International”

Image
  Tanggal 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh International (atau Hari Pekerja International) oleh banyak negara di dunia kecuali Amerika yg memperingatinya pada hari Senin pertama bulan September. Peringatan Hari Buruh International itu sendiri sebenarnya berawal pada kejadian di Chicago, Amerika pada tanggal 1 Mei 1886 dimana sekitar 400 ribu pekerja melakukan mogok kerja 8 jam dan turun ke jalan (demonstrasi) untuk menuntut jam kerja hanya dibatasi 8 jam sehari. Peristiwa demonstrasi ini berubah menjadi peristiwa memilukan karena bermuara pada anarkisme. Setahun setelahnya, 4 orang tersangka penggerak demo di hukum mati, seorang lagi sengaja bunuh diri sebelum dihukum mati dan 6 orang yg lainnya mendapat hukuman 6 tahun penjara. Sisanya diampuni. Pada tahun 1889, Second International (sebuah organisasi Sosialis Internasional) mengadakan kongres pertama di Paris dalam rangka memperingati Revolusi Perancis dan merumuskan agendanya untuk mengajak dilakukannya demonstrasi i

Blusukan ke Pasar Sentral Kasipute - Bombana

Menelusuri Jejak Leluhur

Image
Pada tgl 26 Maret lalu saya mendapat kesempatan untuk melihat-lihat beberapa peninggalan bersejarah beserta sejumlah foto-foto koleksi pribadi para Sultan Buton di Badia Kamali, Keraton, Istana Kesultanan Buton. Alhamdulillah akhirnya saya bisa menemukan foto kakek buyut (Sangia Intera, Sangia Rahawatu, Pauno Rumbia, Mokole Keuwia III) yang terekam pada foto “Syara Kesultanan Buton Tahun 1932”. Diceritakan dalam sejarah bahwa pada tahun 1913 Belanda mengakui Wilayah Kesultanan Buton yang terbagi dalam 22 Distrik yang salah satu diantaranya adalah Distrik Rumbia dipimpin oleh Mokole Intera.   Dari kunjungan ini pula saya kemudian mengetahui asal nama kakek Munara (Sangia Tandole, Mokole Keuwia IV). Ya……., nama Munara diambil dari gelar Sultan Buton ke-36   “Oputa Yi Munara” sebagaimana yang tertera dalam daftar Nama-nama Raja dan Sultan Buton. Insha Allah dengan nama-nama besar itu akan selalu membuat saya mawas diri dalam menjaga kemasyuran para baginda dan para leluhur negeri.